Senin, 26 Agustus 2013

FIRMAN YANG HIDUP MENJADI NYATA DALAM IMAN



  Oleh EV.SAUD PAKPAHAN

Tujuan Allah terhadap Adam dan Hawa adalah untuk menegakkan kerajaanNya di bumi ini. Adam dan Hawa gagal mewujudkan

tujuan Allah, walaupun begitu, Allah tetap pada tujuan – rencananNya, yaitu “Datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMU di bumi seperti di surga.” (Matius 6:10)
Pola Allah dalam mewujudkan rencanaNYa adalah dengan Dia mengutus – memberikan firmanNya. “Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya (Yesaya 55:11). Firman tidak pernah gagal, karena firman itu adalah Allah (Yohanes 1:1). Kuncinya adalah firman itu harus menjadi daging. “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yohanes 1:14).
Ketika firman disampaikan, firman itu mencari orang-orang yang siap untuk meresponinya. Orang-orang yang meresponi firman, akan Ia pakai untuk mewujudkan firman. Yang menjadi focus Allah adalah rencanaNya harus terwujud. Seandainya kita tidak meresponinya, Allah akan pakai orang lain yang bersedia meresponinya.Ketika Goliat muncul di hadapan bangsa Israel, Tuhan mengirimkan firmanNya (1 Samuel 17:1-58). Dan orang yang meresponi firmanNya adalah seorang gembala yang bernama Daud, bukan raja Saul ataupun prajurit profesioinal lainnya. Daud yang masih muda dan belum dikenal waktu itu, tapi Daud sudah dikenal oleh Allah, karena ia biasa tinggal di hadirat Allah (1 Samuel 16 :18). Daud adalah orang yang menyatu dengan firman (Mazmur 1:1-3), tidak heran kalau Tuhan pakai Daud untuk mewujudkan firmanNya.Ketika Tuhan ingin mengubah dunia, Ia kirimkan firmanNya, bukan Paulus. Dan Paulus adalah orang yang meresponi Firman, Paulus yang berkata “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. (Galatia 2:20). Dalam Kisah Para Rasul 20:22, Paulus menyebutkan dirinya sebagai tawanan roh. Paulus juga berkata: “Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah. (Kisah Para Rasul 20:24). Hal ini juga menunjukkan bahwa Paulus hidupnya menyatu dengan firman-firman menjadi daging. Tidak heran jika Tuhan pakai Paulus dan dalam dua tahun semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan (Kisah Para Rasul 19:10).Cara Kerja Tuhan :

1. Tuhan berikan firmanNya
Ketika bangsa Israel berpaling dari Allah, maka Tuhan menyerahkan mereka ke tangan orang Midian, bangsa Israel ketakutan, mereka tinggal di gua-gua (Hakim-hakim 6:1-40). Ketika bangsa Israel mulai berbalik kepada Allah, Allah hendak membebaskan mereka dari tekanan orang Midian. Pertama-tama yang dilakukan Allah adalah Ia memberikan firmanNya kepada Gideon, “Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya, demikian: "TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani.".” (Hakim-hakim 6:12).
Ketika Tuhan akan melakukan sesuatu, pertama-tama yang Ia lakukan adalah Ia memberikan firmanNya. Karena itu, pada saat kita menghadapi masalah, kita harus mencari firmanNya, apa kata firman NYa tentang masalah kita.

2. Ketika firmanNya dipercayai, firman itu menjadi ‘suara’
Pada awalnya Gideon belum dapat mempercayai firman yang ia terima, karena ia melihat keberadaannya dan situasi di sekelilingnya (Hakim-hakim 6:12-15). Tapi Gideon akhirnya dapat mempercayai firmanNya. Firman yang ia percayai itu menjadi ‘suara’ dalam hatinya. ‘Suara’ yang mengatakan bahwa ‘ia adalah pahlawan yang gagah berani’, suara itu selalu berbicara dalam hatinya. ‘suara’ itu makin lama makin jelas dan makin besarlah kepercayaannya kepada firmanNya.
3. Ketika suara Nya kita percayai, suara itu menjadi dimensi.
Ketika ‘suara’ yang menyatakan bahwa ‘Gideon adalah pahlawan yang gagah berani’ makin berbicara jelas dan keras dalam hatinya, makin lama tidak ada penolakan dalam hatinya tentang ‘suara’ itu, maka ‘suara’ itu menjadi dimensi dalam hidupnya. Artinya: membuat Gideon bangkit dan ia berani untuk melakukan tindakan ketaatan kepada perintah Tuhan, walaupun mengandung resiko yang besar, yaitu: meruntuhkan mezbah Baal dan menebang tiang berhala (Hakim-hakim 6:25-32).
Ketika firman yang kita terima itu kita responi dengan merenungkan, memikirkan, memperkatakan, maka firman itu menjadi ‘suara’ dalam hati kita. Dan jika kita membiarkan ‘suara’ dalam hati kita. dan jika kita membiarkan ‘suara’ itu berbicara terus dalam hati kita, makin lama ‘suara firman’ itu makin berbicara kuat dalam hati kita, mengalahkan ‘suara-suara lain’ dalam hati kita (suara kekuatiran, suara ketakutan). Sekarang sedang terjadi ‘pertukaran’ antara dimensi manusiawi menjadi dimensi Ilahi. Sehingga ‘suara firman’ itu menjadi dimensi kita, yang memampukan atau memberi keberanian kepada kita untuk mengambil tindakan iman.
4. Ketika dimensiNya kita responi, maka akan menjadi karakter atau kepribadian
Jika kita setia meresponi saat Allah membawa kita dari satu dimensiNya ke dimensiNya yang lain, maka hal itu akan menjadi karakter atau kepribadian kita. Sehingga kita akan terbiasa untuk mentaati setiap firmanNya. Firman menjadi daging – menyatu dalam hidup kita, kita akan menjadi firman yang diutus.
Seperti Gideon, Daud, Paulus dan para pahlawan iman lainnya, mereka adalah firman yang diutus. Ketika mereka menghadapi tantangan / musuh, mereka menghadapinya seperti sang Firman (Yesus) menghadapi tantangan. Demikianpun akan terjadi atas kita, jika kita juga menjadi firman yang diutus. Dan firman tidak pernah gagal (Yesaya 55:11). Dan tujuanNya akan menjadi tujuan kita pula (Yohanes 4:34) .